Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Semu

Cici ft Dae Kita yang pernah duduk berdamping di tempat ini. Memandang langit yang sama. Berceloteh ringan tentang lucunya kehidupan. Berjalan santai menyusuri setiap sudut taman. Sembari berlomba melukis garis lengkung di sudut wajah masing-masing. Bukankah sudah ku kabarkan, bahwa pergi menjadi pilihan ? Dan bukankah sudah kau sampaikan, bahwa dikau akan menetap sembari merangkai kembali puing tawa yang telah musnah ? Mantap sudah langkah kaki pergi, jangan lagi kau jerat dengan perhatian yang semu. Kuat sudah hati bertekad, jangan lagi kau ganggu dengan canda dan rayumu. Jika kau ingin sekedar singgah, maka bersikaplah layaknya seorang tamu. Jika kau ingin menetap, maka tentukan sikap dan bersikaplah layaknya sang pemilik. Sekali ku berkata pergi, jangan harap ada kata kembali. Sekedar berteman pun akan butuh waktu lama tuk kembali hangat. Selamat menyambut sikap berbeda dari sosok yang kau kenal hangat selama ini

Sepenggal Memori dibalik Lagu Ayah

Dini hari, saat sedang mengerjakan tugas kuliah yang menjadi nilai bagi ujian akhir semester di semester 6 (read: pengambilan). Tak sengaja terputar lagu berjudul Ayah dari laptopku. Entah mengapa hatiku tersentak, ngilu, seperti ada luka di sana. Ya, sengaja sembari mengerjakan tugas ku menghidupkan lagu di laptopku. Menjadi temanku saat mengerjakan tugas. Sebagai anak pertama, aku faham apa makna lagu ini. Perasaan seorang anak ketika telah ditinggal oleh Ayahnya untuk selamanya. Lirik demi lirik lagu ini semakin menyentakku, membuatku tak berdaya. Bukan, bukan karena ayahku telah tiada. Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah subhanahu wata'ala yang hingga diusia ku ke 20 tahun ini Ia masih mengizinkan ku untuk bisa bermanja dan merasakan kehangatan kasih sayang seorang ayah. Hanya saja, terbiasa ditinggal pergi merantau oleh seorang ayah membuatku sedikit faham bagaimana rasanya sehari tanpa seorang ayah. Bagaimana perasaan mereka yang telah ditinggal pergi oleh ay...