Si Aktif dari Tanah Melayu


Maida, begitulah ia kerap disapa. Dara kelahiran 04 Mei 1999, di sebuah desa bernama Sidomulyo yang terletak di tanah Melayu Langkat, tepatnya di kecamatan Stabat kabupaten Langkat. Ia adalah putri pertama dari sepasang anak Adam yang bernama Sugito dan Mujiati. Ia memiliki seorang adik yang berusia 5 tahun lebih muda darinya, yang bernama Aulia Fitri, yang kerap ia sapa Lia.
Gadis manis yang baru saja genap berusia 20 tahun ini memiliki nama lengkap Nurmaida. Nama yang mulia sekaligus doa dan harapan dari ayah dan ibundanya. Nur yang berarti cahaya dan Maida yang berarti hidangan atau makanan. Kedua orangtuanya berharap kelak ia mampu memberikan banyak cahaya, banyak keceriaan, menjadi penerang sehingga mampu mengisi dan memenuhi kelaparan jiwa (read : ilmu, pengalaman, dsb) bagi orang banyak.
Gadis Jawa kelahiran Sumatera ini adalah sosok gadis yang dikenal aktif dan tidak bisa diam. Baik disaat masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah maupun hingga sekarang saat ia duduk dibangku perkuliahan, ia selalu memberanikan diri untuk bergabung dengan organisasi maupun ekskul yang ada di sekolah maupun dilingkungan sekitarnya.
Saat masih duduk dibangku Madrasah Tsanawiyah Negeri Stabat ia tergabung sebagai pengurus OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), menjadi anggota pelatihan pidato dan tilawah. Dan ia juga sempat beberapa kali mengikuti lomba pidato mewakili sekolahnya, meskipun pulang hanya dengan membawa juara harapan.
Seusai tamat dari MTsN Stabat, dara kelahiran bulan Mei ini memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Madrasah Aliyah Negeri 1 Stabat, yang sekarang telah berganti nama menjadi Madrasah Aliyah Negeri 3 Langkat dengan mengambil jurusan Ilmu Agama. Tak jauh berbeda dengan masa tsanawiyahnya. Di masa-masa Aliyah nya, ia juga menjadi pengurus OSIS selama 2 tahun, menjadi pengurus ekskul Kursus Kader Dakwah, dan juga menjadi ketua ekskul Patroli Keamanan Sekolah periode 2015 - 2016.
Ia bercerita, kerap kali teman-teman Aliyahnya dulu mengira ia keturunan suku Melayu sedangkan kenyataannya ia adalah keturunan suku Jawa. Hal ini terjadi sebab logatnya yang sedikit mirip dengan suku Melayu, menurutnya hal itu adalah wajar. Sebab semasa tsanawiyah lingkungan sekolah dan teman-temannya adalah suku Melayu.
September 2017 adalah kali pertamanya memasuki dunia perkuliahan. Ia berkuliah di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Awal bulan pertamanya menjadi mahasiswa hanya ia habiskan untuk kampus – kos. Namun dibulan keduanya menjadi mahasiswa ia diajak temannya untuk bergabung dengan salah satu organisasi ekstra kampus, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam. Selang beberapa bulan selanjutnya, ia juga diperkenalkan dengan sekelompok orang oleh teman sekelasnya yang akhirnya ia bergabung kedalamnya dan saat ini sekumpulan orang tersebut telah berubah menjadi sebuah komunitas yang bernama Hijrah Bareng.
Setahun setelah menjalani kehidupan sebagai mahasiswa dan juga anggota dari Himpunan Mahasiswa Islam serta Hijrah Bareng, pada 19 Oktober 2018 ia memutuskan untuk bergabung dengan komunitas lintas agama yang bernama Youth Interfaith Peacemaker Community (YIPC). Dimana yang bisa menjadi anggota adalah para pemuda dan pemudi yang beragama Islam ataupun Kristen.
Hari- hari berikutnya ia isi dengan kewajibannya sebagai mahasiswa dan juga harus bisa membagi waktu untuk setiap aktivitas dan kegiatan dari organisasi yang ia ikuti. Seperti diskusi dari HMI, kajian dari Hijrah Bareng, dan Scriptural Reasoning dari YIPC.
Saat ini ia dipercaya sebagai wabendum Korps HMI-Wati Komisariat Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN-SU, sebagai sekretaris divisi diskusi dan pergerakan sosial serta penanggung jawab blog di komunitas Hijrah Bareng, dan sebagai tim redaksi di YIPC Nasional mewakili YIPC Regional Medan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nikah ?

Semu

Singelillah